Bening menjadi ciri dari akrabnya embun yang menyapa pagi. Mari bersiul, menemani kicauan kepodang yang siap menyambut kegalauan marjinal.
Semua menjadi berbeda, berubah tanpa aba-aba, dan benar saja kini arus telah menghanyutkannya. Ada ribuan suku kata yang tak mampu terungkapkan, karena keindahannya yang mampu meniadakan malam dan keanggunannya yang mampu menjadi penawar hati.
Bukan karena durasi, tapi apa yang terlewati adalah bagian dari alur cerita yang tersembunyi. Sederhana saja, jalani dan ikuti apa yang telah tertera dalam sketsa.
tertuang
bila sejenak adalah waktu, maka sekejap adalah beban tak terkira
Jumat, 25 Maret 2011
Bercerita tentang nya
Pada malam yang terindahkan, ketiadaan yang membandingkan dua pembeda. Ada secarik harapan pada batasan yang tak tampak. Kesemuanya menjadi seolah nyata, bukan karena kecupan muskil, tapi kedekatan yang menjanjikan rasa.
Bertanya pada diri, ternyata tak ada kesiapan berarti. Mengacu pada keadaan, membiarkan semua terseret oleh agungnya hening malam tanpa riuh gulat penjaga malam.
Keakraban yang membalut, keceriaan tercipta dari simpulnya pagi menyapa. Dan benar saja, kegundahan meracuni batang tua tanpa penyangga.
Selalu siap, sigap rasanya tak lagi mengenal waktu, selalu terjaga ketika hadir para pengusik ciik. Dan terima kasih, karena sebagian dari luka ini terobati.
Bertanya pada diri, ternyata tak ada kesiapan berarti. Mengacu pada keadaan, membiarkan semua terseret oleh agungnya hening malam tanpa riuh gulat penjaga malam.
Keakraban yang membalut, keceriaan tercipta dari simpulnya pagi menyapa. Dan benar saja, kegundahan meracuni batang tua tanpa penyangga.
Selalu siap, sigap rasanya tak lagi mengenal waktu, selalu terjaga ketika hadir para pengusik ciik. Dan terima kasih, karena sebagian dari luka ini terobati.
Jumat, 18 Februari 2011
Mengerti Kedewasaanya
Menyiasati apa yang telah tersiasati, bersembunyi dalam bilik gelap. Tertegun ku mendiamkan diri yang terabaikan, dan kebaikan yang terlanjur menyulap pijar benderang.
Diri ini selalu mencoba menjadi bentuk yang terkehendaki, mengisi kekosongan yang tiba-tiba menjuarai, karena hanya di tepian ada sejumput kehidupan yang bersemi.
Semakin larut dalam khayalan, angan yang terimingi oleh manisnya perbincangan, dan jelas... kehebatan jaman menjadi racun tanpa penawar.
Semakin terlihat lemah, karena api yang menjulur bagai lidah terpancing kail tajam tanpa umpan.
Beritakanlah, karena hening tak lagi mau menjadi pembanding bagi diamnya hati.
Diri ini selalu mencoba menjadi bentuk yang terkehendaki, mengisi kekosongan yang tiba-tiba menjuarai, karena hanya di tepian ada sejumput kehidupan yang bersemi.
Semakin larut dalam khayalan, angan yang terimingi oleh manisnya perbincangan, dan jelas... kehebatan jaman menjadi racun tanpa penawar.
Semakin terlihat lemah, karena api yang menjulur bagai lidah terpancing kail tajam tanpa umpan.
Beritakanlah, karena hening tak lagi mau menjadi pembanding bagi diamnya hati.
Isyarat Yang Menuntut Etika
Bersikeras menjadi pertanda tentang keegoisan yang merajut melilit tak tertampik. Mengais bertuan, sangat memalukan.
Tercukupi oleh kesendirian yang terdampingi ucap manja, senandung menggemaskan yang mempermainkan tidak membuat jenuh teriakan yang terus membahana. Kami akan bertemu, bertatap muka dengan batas etika, sesuatu yang tidak mungkin membuat gembira, meski sore mengizinkan harmoni bercerita.
Akan ada rasa yang tersakiti, dan dunia tertawa melihat sikap acuhnya. Masih tentang sore yang menentukan, menutup diri dari prasangka yang tak ter-iyakan, semoga batasan maya menjadi nyata selayaknya degup detak yang tak urung henti.
Mari membuat sejarah, tentang pelajaran berharga yang tak kita dapat dari sekolah, tentang kepribadian yang mendamba, tentang diri yang terisolasi, tentang kisahnya yang mengagumi priyayi. Dan tahukah kita, ada sepenggal paragraph yang terlewatkan pada inti dari kisah nya.
Semoga ada lembar kosong pada akhir halaman-nya.
Tercukupi oleh kesendirian yang terdampingi ucap manja, senandung menggemaskan yang mempermainkan tidak membuat jenuh teriakan yang terus membahana. Kami akan bertemu, bertatap muka dengan batas etika, sesuatu yang tidak mungkin membuat gembira, meski sore mengizinkan harmoni bercerita.
Akan ada rasa yang tersakiti, dan dunia tertawa melihat sikap acuhnya. Masih tentang sore yang menentukan, menutup diri dari prasangka yang tak ter-iyakan, semoga batasan maya menjadi nyata selayaknya degup detak yang tak urung henti.
Mari membuat sejarah, tentang pelajaran berharga yang tak kita dapat dari sekolah, tentang kepribadian yang mendamba, tentang diri yang terisolasi, tentang kisahnya yang mengagumi priyayi. Dan tahukah kita, ada sepenggal paragraph yang terlewatkan pada inti dari kisah nya.
Semoga ada lembar kosong pada akhir halaman-nya.
Kamis, 17 Februari 2011
Bersihkan Diri Jelang Melajang Jalang
Tertikam, terungkap semua yang tersembunyi di balik dinding tak bersusun.
Menikmati semua nyanyian berpadu sendu yang mengadu keakraban, adakah nyali ini makin dalam mericuhkan suasana gemilang??
Di bawah langit-Mu, tidak ada kepentingan yang berlandaskan putih. Setiap hal yang tersemat hanya akan menjadi seonggok batu penyiksa, kelak. Mari bersujud, karena ada rasa cinta yang lebih kekal.
Jangan mau tersengat lebah, akan lebih mulia terbelit belalai gajah dan satu gigitan buaya bisa membuat kita tak berdaya, karena bukan siapa tapi apa yang telah.
Meski tak bisa memuai, dia memang berbeda. Jarak menjadikan ku semakin merasa kagum dan memberi rasa lebih yang kian dalam.
Menikmati semua nyanyian berpadu sendu yang mengadu keakraban, adakah nyali ini makin dalam mericuhkan suasana gemilang??
Di bawah langit-Mu, tidak ada kepentingan yang berlandaskan putih. Setiap hal yang tersemat hanya akan menjadi seonggok batu penyiksa, kelak. Mari bersujud, karena ada rasa cinta yang lebih kekal.
Jangan mau tersengat lebah, akan lebih mulia terbelit belalai gajah dan satu gigitan buaya bisa membuat kita tak berdaya, karena bukan siapa tapi apa yang telah.
Meski tak bisa memuai, dia memang berbeda. Jarak menjadikan ku semakin merasa kagum dan memberi rasa lebih yang kian dalam.
Mengulang Melenggang
Ada percakapan yang terlampau mendahului, menjerit terkekang ketika tahu ada bisikan yang membuat gerah. Sialnya, gema tak urun mereda dan nilai yang teragungkan seketika terinjak.
Ini bukan dongeng yang tertulis dalam lembar tebal usang, bahkan kisah abu nawas hanya akan menjadi sejarah yang terlupakan, karena sepenggal cerita yang terendus oleh petang berdebur.
Menjelang malam, ada banyak pembagi yang terbagi dan perkalian hanya akan menjadi salah bila jumlah tertawan kebutaan malam, begitula kisahnya.
Kurangnya kejelian, pembelajaran menjadi alternatif yang terabaikan karena kesabaran enggan.
Ini bukan dongeng yang tertulis dalam lembar tebal usang, bahkan kisah abu nawas hanya akan menjadi sejarah yang terlupakan, karena sepenggal cerita yang terendus oleh petang berdebur.
Menjelang malam, ada banyak pembagi yang terbagi dan perkalian hanya akan menjadi salah bila jumlah tertawan kebutaan malam, begitula kisahnya.
Kurangnya kejelian, pembelajaran menjadi alternatif yang terabaikan karena kesabaran enggan.
Kamis, 10 Februari 2011
Yang tak seharusnya
Memiliki apa yang terkehendaki tidak lebih dari kepuasan yang tak pernah tersyukuri. Merujuk pada peradaban yang kian menyimpan potensi, bukan tidak mungkin keterpurukan adalah perisai yang terkuasai.
Bukan pengalaman yang menjadikan kita meliuk anggun, namun di setiap detail gerak kita, selalu ada yang tersirat membuai dan membuat miris kita.
Kenapa hanya dalam sekejap aku mendayu-dayu, merengek seolah mengemis tanpa wibawa, tanpa jabat halus aku meronta tak terelakkan, pedih. Dan tema tentang penyusup menjadi kembali terangkat karena kegelisahan yang terus terbawa arus susunan kata.
Aku menginginkannya bukan karena keindahan mencolok, ada titian yang tak terungkap, dan hanya mimpi yang mampu mewujudkannya.
Berawal dari jepret abadi, kemuliaan mencintai kembali bertarung dengan halusnya tutur yang menodai.
Bukan pengalaman yang menjadikan kita meliuk anggun, namun di setiap detail gerak kita, selalu ada yang tersirat membuai dan membuat miris kita.
Kenapa hanya dalam sekejap aku mendayu-dayu, merengek seolah mengemis tanpa wibawa, tanpa jabat halus aku meronta tak terelakkan, pedih. Dan tema tentang penyusup menjadi kembali terangkat karena kegelisahan yang terus terbawa arus susunan kata.
Aku menginginkannya bukan karena keindahan mencolok, ada titian yang tak terungkap, dan hanya mimpi yang mampu mewujudkannya.
Berawal dari jepret abadi, kemuliaan mencintai kembali bertarung dengan halusnya tutur yang menodai.
Langganan:
Postingan (Atom)