bila sejenak adalah waktu, maka sekejap adalah beban tak terkira

Minggu, 10 Oktober 2010

Keagungan Yang Tak Terendahkan

Beristirahatlah wahai puisi-puisi yang tenggelam dalam nadi sang penjagal, kehadiran kalian adalah momen tentang simbol kebebasan yang terlukis indah. Rajutan yang tak nyata, membuat senyap seketika teriakan lantang tentang mu.

Berbaringlah, rebahkan dalam kehangatan selimut tak bercorak. Dan kesucian kalian adalah keagungan yang tak mungkin terendahkan.

Bernyanyilah, karena sesungguhnya semua tentangmu selalu terlantun merdu, meski kebisingan telah meraja.

Diam mu bukan tentang ketidakmampuan, karena dari setiap barismu adalah bahasa yang tak terelakkan kebenarannya.

Kondisi yang Mensituasi

Panas sekali cirebon saat ini, terikanya adalah contoh tentang keganasan padang afrika, tentang ketajaman indra pencium sang pemangsa dan kepekaan para primata.

Menyambut kedatangannya, pesona ialah guna-guna. Seperti tak tersadar, para lansia menyambutku dengan lari-larian kecil teriring canda tawa, sumringah pun tentu saja hadir dari setiap langkah ku untuk menyambutnya. Dan benar saja, keramaian semakin menambah kegirangan ku.


Hanya bermaksud untuk membantu, keinginan menjalani hari ini dengan kebersamaan telah mengerucut, sempit dan hampir tanpa celah. Kedahsyatan yang membuat darah ini seperti memuncak, maka kehebatan jerat sang kholik pun seolah tak berarti. Terbantu oleh misi yang terkuak lama, visi mereka mungkin bukan suatu kemustahilan, karena adrenalinku terpacu oleh lelah, dan itu adalah tanda dari keberhasilan mereka.

Tak ingin berlama-lama terjebak dalam kubang, terasing. Penantian mereka akan hasil kerja kerasku adalah penyemangat yang tak surut meski kemalasan adalah serat kain ku.

Menyikapi sesuatu yang salah dengan kesalahan adalah ketakbersalahan yang tidak berdasar dan tak tersadari.

merisaukan yang acuh

kalau bukan karena kecintaan, tentu kita tak menantang. ada banyak perisai yang tersiakan juga terabaikan dari lirikan penuh kekaguman dari negeri yang mendaur ulang kebiadaban. terbodohi oleh cerita tentang peradaban satu malam, daun hijau muda adalah pemanis yang tak mungkin tertimbun membusuk.

akan menjadi pekerjaan rumah yang tak mungkin terselesaikan, khitbah tentang keinginan perubahan yang tak mungkin meruncing, maka kesimpulan tentang ketumpulan sudah barang tentu menjadi tajuk dari setiap genrasi kita.

dan apapun alasannya, bendera putih akan selalu menjadi simbol tentang ketidakmampuan kita untuk melanjutkan peperangan.

laju malam, membuatku kantuk

berisikan kepadatan yang meriuh, derap langkah tak kunjung menyiangi malam. bercerita tentang kegaduhan, adalah kepercayaan yang terus menekan dan ter-iyakan yang terpaksakan.

terlalu banyak kepentingan, saat berlari menjadi laju tercepat, keberadaan mereka adalah pernyataan tentang pemberontakan.