bila sejenak adalah waktu, maka sekejap adalah beban tak terkira

Minggu, 29 Agustus 2010

SEPI YANG TERAMAIKAN

Mencoba lebih berfikir jernih, bukan tentang surga yang menjadi primadona bagi para pemimpinya.


Lebih terbuka pada nuansa anyar yang selalu bercirikan menu para pelumat api adalah kesendirian, terasingkan merupakan hal yang harus di terima ketika cibiran datang tanpa harus mengenal.


apa yang telah tertulis, maka itulah yang ada. Begitupun malam ini, saat semua tertunduk tanpa pengakuan, kesempurnaan yang telah terbilang tak cukup mampu menguasai jalannya pemikiran, karena keberadaan mereka lebih dekat dari setiap helai-ku.

Dan kesendirian ini terbilang sepi, namun teramaikan oleh sorak sorai para penggoda duniawi.

Mari Bermimpi

Sejarah bukan tentang pencitraan, tetapi hanya cerita berharga. Mendalami sejarah adalah bentuk kearogansian, pemahaman tak berarti mengerti sepenuhnya, oleh karena itu menikmati saat yang sedang terjadi adalah bijak.


Tentang penghargaan tertinggi, kasta adalah pembeda. Dan kita telah terdikte oleh keinginan yang tak berkesudahan.

Ada titik tengah yang mampu menggabungkan dua hal yang telah terdefinisi,


" mari bermimpi untuk sejarah yang tak bisa terulangi "

Ada Banyak Yang Tertunda

Beritakan pada dunia, bahwa kekacauan adalah pengecualian dari salah satu ampunan yang tuhan berikan. Syarat yang hanya bisa terpenuhi oleh keegoan yang manusia miliki, tak lebih.


Alunan yang berdawai mesra, membuat takjub para pemain irama yang selalu bangga pada diri mereka. Namun satu catatan kecil telah membuktikan, bahwa do'a adalah senandung terindah.

Adakah kita begitu?


syair terdahsyat, yang tak mungkin kita mengerti adalah gambaran betapa hebatnya dunia bermain kata, permainan olah dan lempar ucap cinta, cemoohan yang menjadi ramuan mujarab bagi diktator kotor, dan tentu saja semua adalah bagian dari puzzle-puzzle yang berserak tak beraturan.

Pernahkah kita terpikir untuk menyusunnya?


Harmonis adalah susunan yang menggiurkan kita pada kerapihan tatanan tuhan.

Jumat, 27 Agustus 2010

Terkucil Oleh Kemauan Yang Mengaum Seram

Menjelang sore, siang bukan tanpa alasan berlalu. Menanggalkan banyak cerita dari sekian juta saksi mata yang merasakan kehangatan tak berkobar selayaknya malam-malam pramuka.

Ada cerita berbeda,...
Riuhan menaungi malam dengan gemuruh tanpa henti menjadi tanda bahwa malam begitu agung meski tanpa kilauan bintang, keselarassan mereka terhenti oleh keangkuhan yang tak terkira dari ocehan para hamba.

Menjadi satu yang berarti tentu lebih menarik ketimbang harus melusuri lereng bukit berapi untuk kemudian tersegani. Hanya saja, sebaran paku tak mungkin terhindari.

Tak terkecuali aku,...
maka kesombongan adalah panah besi tua tertajam yang tak tergantikan.

Keserasian Tentang Cerita Cita

Bertahan, ego yang memuncaki kesenjangan, berisikan segala kemauan yang jelas terlihat sangat terjal. Meski ada banyak cara, tapi butuh waktu lama, meski hanya sekedar bersua untuk menikmati keindahan yang terkadang terpikir mustahil oleh emosi tak bertuan.

Menduga, ketidakpastian yang bermuara pada kepastian kebohongan selalu menjadi landasan bagi sebagian dari kita yang menganut pemahaman tak bermoral. Mentelaah dan kemudian menyimpulkan tanpa harus berkoar lantang adalah lebih beretika ketimbang dua pilihan yang menjerumuskan.

Meyakini sesuatu bukan dengan hanya berdiam dengan berteman lilin tua, tapi berlari dalam label tak bernama, menjadikan kita yang teryakini.

Jumat, 20 Agustus 2010

Lengah Tak Mampu Mencegah

Satu dari sekian banyak hal yang acapkali membuat kita berdiri lunglai tanpa kekuatan adalah kegagalan, dan hanya sepersekian yang mampu untuk kembali bersua pada keberhasilan.


Ada sejarah dan darah dibalik kepentingan-kepentingan yang selalu membebani lempengan horizon yang tersusun panjang, juga keseragaman pada ancaman dan lara cambuk yang menggetarkan setiap dagu congkak mereka, dan hanya satu yang selalu terbersit dari setiap tetes keringatnya, kebebasan.


Mari pelajari lebih dalam, sabetan cambuk adalah kejeniusan dan menarik pelatuk merupakan tradisi para jawara dengan segala kepecundangannya, dan itu merupakan senjata mereka untuk bisa berhadapan dengan kegagalan. dan sekali lagi, leluhur kita tidak lain hanyalah pion, langkah mereka adalah pengorbanan.


Terlepas dari kebutaan kita tentang kenyataan hidup mereka, pada hakikatnya keyakinan adalah benih yang selalu ada pada setiap dari kita, keberanian adalah cerita menarik dari setiap halaman hidup kita dan keberhasilan selalu terselip, sangat kecil hingga kita takkan mampu menemukannya tanpa membuka setiap lembarnya.


Dan tanpa ketelitian, kekosongan pada halaman terakhir adalah akhir dari cerita yang penuh derai air mata.

Kamis, 19 Agustus 2010

Memaksa Untuk Keadaan

Menikmati tidak lebih dari berkaca pada keadaan hal di luar dari kita.


Ada perbedaan tentang keberadaan yang menuntut pada kesaksian tentang keacuhan. Ramah bukan pemicu untuk keinginan yang mengharuskan kita berkawan lama, tapi hanya tentang mempertahankan perbedaan yang serupa, tak lebih.


Mari sejenak berfikir, ada kesengajaan yang tak disengaja, semua terkendali oleh pesan dalam riwayat dasar setiap dari kita.

Lalu bangunlah dari duduk manismu, maka sesungguhnya semua yang nyata tak mungkin beranjak dari jangkauan kita.

Berfikir Tentang Pakar

Butuh lebih banyak puing kecil agar tak ada celah bagi segelintir kemauan yang bermuara pada kehinaan. Mari bersandar, lalu bertanya dengan segala kerendahan yang beralaskan pada ketidakmengertian. Terkadang, ketidaktahuan kita akan sekelumit hal tak membuat kita lebih berani untuk melangkah lebih jauh menelusuri guratan pada jalan setapak.


Dari kisah mesir kuno, kilauan cahaya berarti sabetan pedang. Dan tanpa mesin waktu, kita tersugesti saksi masa yang terhimpit lipatan-lipatan berdebu, sangat kotor.


Begitu simpelnya pengibaratan, karena pendaki begitu menikmati.

Bertahan Pada Dua Lempeng Baja

Kalau pada kuasa kata kita sebut ucap janji tak teringkari, maka lain pula rotasi bumi yang menglilingi maya padu yang terpenuhi.


Ada sejuta makna kerinduan pada setiap helai daun kamboja, pada setiap ujung runcingnya terdapat nilai kepuasan akan keserakahan, dan di setiap titik terawang yang mampu mencegah sengatan terik mengerikan.


Labirin tua, masih sangat menakutkan, meski telah banyak yang melewatinya.



Dan dari setiap sumpah serapahnya, keunikan kerakteristik terlahir mendunia, maka keserasian bait tersohor tak harus sama.

Rabu, 18 Agustus 2010

Tersipu oleh senja

Di hadapan para juri, dikelilingi para saksi. Dari sekian juta pasang mata yang mati, kekuatan terpecah ke segala penjuru lorong kosong.

Pada gelap yang tak berkutik dan setiap lekuk cantik mu tak pernah membuat ku pelik, ada banyak kehampaan tak bertuan yang mampu membuat peradaban penuh kebiadaban.

Satu cipta kata cinta, berirama.

Tak Tergoyahkan

Pada kesetiaan, diantara carut marut kesibukan para penikmat fana kita tak mungkin pandai mencela. Dan diantara kesemerawutan hingar bingar, tersuar kabar bahwa kemudian dari kita kan tenggelam pada amukan satwa malam.


Pada rumah tua diseberang lahan gandum, melati tak mampu mewangi. Namun keindahan kelopaknya, tak tertandingi.

Selasa, 17 Agustus 2010

Sekejap berbeda

hari ini,
seperti magma menggeliat, tertawa terbahak berdahak memuntahkan segala kekakuan hati, mengakar selayaknya mangrove di laut mati.

hari ini,
tapi tidak pagi ini, desir terlantun dari seorang panutan, mengayomi keluh kesah dari ganasnya tuan hari.

tidak pula siang ini, karena kekhawatiran menjadi utuh menyatu, bermahkota dalih mimpi.

Tak ada keraguan lagi, hijau tak semestinya hadir karena malam yang agung.

Senin, 16 Agustus 2010

Terpaku Tunduk

Tak ada pengakuan yang berdasar pada kejujuran, semua karena keterpaksaan yang mengharuskan kita melontarkan berbagai tetek bengek kata untuk menjawab semua cerca tuhan. Pada siapa kita pernah mengaku, bahwa piramid terbentuk karena ketidaktahuan kita pada teori yang tak terbantah.



Dasar sungai nil tak berujung pada kerikil dan tanah gembur, tapi tepiannya mampu membuat kita berlari tanpa arah, rasa takut yang bersorak di tengah keceriaan dusta. Mari bertepuk dada, karena tak akan ada lagi ruang terbentuk bila tiupan sangkakala menggelegar menghancurkan setiap mimpi bodoh kita.



Dan pada keadilan-Nya, aku bertumpu menunggu untuk pengakuan terhikmat.

Terbodohi Kepiawaian

Kebodohan adalah ketidakmengertian yang baru saja terungkap karena kedigjayaan emosi. Ditangan maha dahsyat para lakon jahannam menggoda mesra dengan tarian perut timur bertandus asmara, ditambah lilitan api yang merona, mereka mendapati ku terbujur kaku dalam peti berukir keharmonisan cinta. Ada banyak keraguan untuk keluar dan kembali seperti sedia kala, butuh resep ramuan termujarab untuk melapisi rasa yang lama bersemai di tanah beralir darah.

Ada banyak kebencian yang terlahir dari gemuruh petaka, bermula dari kebiasaan yang muncul karena keelokan kota yang memicu keingintahuan sekawanan pemintas pencari cahaya. Mari menyanyi, melandungkan bait dan syair yang tersusun sekian lama, bait yang mampu memotivasi, bait yang selalu menjadi dasar dua keraguan hati yang teryakini.

Mengetahui lebih banyak hal sejatinya bukanlah kepintaran, memahami segala hal bukan berarti kepandaian dan lolos dari berbagai jebakan adalah kecerdikan berbumbu keberuntungan.

b

bahkan aku tak berkata
pikirku teriak membahana
mengendus setiap keinginan

aku tetap diam
saat jenuh menyapa
melingkar kuat
dan tetap ku tak berucap

Setelah 29 April (1)

langkahku terhenti
sejenak mengamati sepi
termenung diantara keramaian dusta

terpikir akan kesulitan yang mudah
namun ku tetap terjaga

takkan pernah terlupa____

ketika rasa bergejolak
berucap cinta pada keharuman bunga
bersaksi diatas janji dan banyak pasang mata

kembali,
sejenak selalu kuamati sepi
betapa mentari selalu indah di pagi hari

dan langkahku kembali terhenti

sadarkah engkau
ketika tuhan bertitah
betapa alam akan menjaganya

adakah engkau begitu??
karena aku begitu. . .

Setelah 29 April (2)

lalu tuhan bersabda
dan alam mengangguk tunduk

kemudian engkau bertanya
akupun sama, mengangguk tunduk

langkahmu hampir terbata
tapi tidak setelah berkelana

apa kau lihat domba diantara ilalang??
dan apa kaupun tahu, betapa besar ikan di air keruh itu

kejelian bukan hanya milik primata
yg mampu menembus malam tanpa aba-aba

bahkan saat semua menjadi jelas oleh mata
tapi betapa sulit mengartikannya

kita hanya menikmati
barsandar nyaman pada tembok putih
tanpa perlu tahu apa yg orang lain rasa

tak ada yg lebih aku risaukan
selain keyakinan akan terjaganya kepercayaan
jika bukan karena ketulusan

tlah jauh kutinggalkan padang ilalang . .

setelah keanehan yang terkuasi kenegatifan pikiran (1)

berlari
tanpa jejak dan langkah terurai

seperti kilat
sejenak membuat senyap

bukan sayap
terepak mengibas debu jahat

kalau ku bermata
melihat tanpa retina
bermuka dua beralis senja

kau kan merunduk malu
pada kegagahan surya
ketika di setiap langkahmu
terjebak dan teriringi langkah lainnya

maka akan berakhir cahaya
dan gelap-pun meraja

kesanggupan yang beralas pada sabda tuhan....

hujan tak kunjung reda
terlalu lelah mataku terjaga

berpacu dengan keganasan waktu
tunggang langgang tak tahu malu

diantara lalu lalang kepastian alam
terjepit oleh ucap bernyata pena

semoga hujan mereda
karena jalanku tak setinggi asaku

akan kulalui sendiri
dengan ribuan sabda tuhan
tak urung ketika duka
tak busung ketika suka

karena dia...
tlah menunggu...

kesepahaman yg tidak sepaham...

berkaca pada kepedulian
menyisir tanpa haluan
terhenti diantara kerancuan

terpelanting
tinggi
seketika semua hening

udahlah...mending cicing

Keanggunan yang tak sepadan...

terlihat jelas
terkumpul menggumpal
berubah berbuat biadab

samar membaur
bercampur kebekuan
tenggelam teramat dalam

tak sedikitpun putih
gelap terlalu mendominasi
juara hanya suara

hanya akar pinus
menembus ketebalan salju

sudah terlalu hangus

mustahil menyulut api
bahkan daun tak kunjung kering
dan batang tak lagi rapuh

jika hanya aku tersisa
maka hitamku adalahmu...

Sulitnya memejam indah...

berlomba dengan kecepatan
berpacu dalam keheningan
sepi, tanpa getir bising pagi

sumringah dia menyapa
berkhitbah berucap do'a

aku masih terjaga
meski sunyi telah memberi tanda

berfikir yang tak terfikir
menebak akhir setiap babak
bertahan diatas kegundahan

dan benar saja,
jogja telah meraja

fiuhhhhhhhhhhh...

Menyerupai perbedaan

laksana gerilyawan
siang tak berarti terang
dan malam adalah harapan

mendadak kejam membuas
mendesis stiap gerak merintik
mendigdayakan puncak tertinggi

tertopang kecerdikan
terbantu keangkuhan
terlaksana oleh pengabdian

aku,
tak berbaju besi
tidak pula bertapal baja

tak beracu satu
tidak terbantu pengabdian

berkaca pada sekitar,
maka berhenti adalah kehinaan

Mari sejenak bernostalgia pada kecintaan-Nya

takkan ada habisnya
bahkan kita tak tahu kapan kita memulainya
lalu kita congkak
berjalan seolah tak menapak

satu persatu
hingga kemudian tak terhitung
adakah kita pernah berfikir

hitam yang terkadang putih
dan putih selalu menjadi hitam
pengetahuan dan keikhlasan
adalah penawar terbaik

ketakutan yang berlebih
terbodohi oleh keberuntungan
terhalusinasi akan pencapaian tertinggi
keimanan dan kepatuhan
adalah dua jalan utama

hancur berkeping tak berupa
gelap terhina murka
dan mulai menggali jalan tak berujung
dimana pekat kan berbisik sesat

tidak disetiap kedatangan pagi
ku tak berucap suka
dan tersadar oleh keserakahan

tidakkah kita malu
kesempurnaan yang terkehendaki
tersia-sia untuk sekawanan pendusta

kita sering terjebak
dan selalu lebih dalam

mari sejenak kita kembali
ketika matapisau adalah nafas kehidupan
dan keberanian adalah jantungnya

seluruh Rasul-Nya
berada jauh dari kemudahan
tapi semakin dekat dengan pencipta

maka begitu ANJING-nya kita
jika kita berpaling

Hanya ALLAH SWT
ujung dari semua jalan kita
dialah raja diraja
tak terukir, tidak pula terpahat dan berupa

Tidak ada tuhan selain ALLAH,
dan Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya

Berteman gundah, bercinta dengan keyakinan

ahh...kadang keberpihakan acapkali tak sering berpihak. Terlantar tanpa kepastian yang juga sering membuat kita harus menunggu tanpa tahu kapan waktu itu akan segera tiba, hanya kekuatan kasih yang mampu memberi benteng terhadap diri kita. Jarak tidak hanya membuat kita harus lebih sering melakukan hal yang di luar kebiasaan kita, tenaga dan pikiran juga tidak jarang menjadi korban dari hal tersebut.

Sejalan dengan itu semua, jarak tempuh, materi, kekuatan pikiran dan keyakinan akan kepercayaan yang terjaga selalu menjadi bahan pembicaraan perasaan kita. Bukan hal yang sulit untuk kita mengerti, tapi melewati padang gurun tanpa alas kaki adalah perumpaan yang sepadan jika kita harus merealisasikan apa yang kita mengerti.

Begitu sulit untuk berandai-andai, karena kita harus terus melangkah pada jalan kita masing-masing. Memang, terkadang kita bertanya pada orang di sekitar kita tentang akhir dari sebuah lorong panjang yang akan kita lalui, teliti dan berhati-hati bukan kunci utama untuk kita agar bisa keluar dengan selamat, tapi kepercayaan, do'a dan usaha menjadi pelengkap dari sekian banyak trik agar kita mampu untuk melewatinya.



tak terkecuali keadaanku saat ini...
Semua itu bukan tanpa tujuan, karena keyakinan perasaan telah mengunci semua persimpangan.

Keterbatasan hanyalah jeda

Keterbatasan akan menjadi penjara yang begitu sempit dan gelap bagi kita yang selalu berhenti di setiap akhir dari babak yang kita lalui. Keterbatasan bukan sesuatu yang nyata dan itu bisa berarti tidak ada, keterbatasan bisa menjadi sangat luas tanpa akhir di setiap sisinya, terkadang memang kita harus berhenti pada tingkat kejenuhan tertinggi, tapi bukan berarti kita bisa mengartikan bahwa kita telah menempuh batas pada level tertinggi.

Kematian bukanlah akhir dari kehidupan kita, karena itu hanyalah jeda dari kehidupan lain yang telah menunggu kita, dan sekali lagi, itu bukanlah batas yang berarti tidak ada lagi terusan yang dapat kita lalui.

Mari kita maksimalkan dari apa yang orang lain sebut "BATAS" pada setiap diri kita.

Mengira yang tak terkira...

Mendefinisikan cinta adalah pembodohan diri. Keterbukaan akan pemikiran dan mempersempit ruang gerak bukanlah solusi, melainkan hanya jalan lain menuju ketidakwajaran pemikiran. Sebuah pola yang kadang tak pernah sampai oleh logika.

Sering kita tertawa karena ketidakpahaman dan langkah yang tak pernah terkehendaki, seketika kita terkulai terbantah oleh realita yang tercipta dari sekitar kita. Kebiasaan yang bisa menimbulkan aroma busuk dan kemudian terbuang begitu saja.

Bukan sesuatu yang mudah untuk itu semua, dan kita bukan air yang siap melintas pada setiap celah sekecil apapun.

Menikmati menu hangat

Keyakinan akan terjaganya kepercayaan, menu hangat yang selalu tersaji di setiap kesempatan.
Dan sore ini pun kembali tersaji hangat, di temani secangkir kopi dan lagu sendu yang semakin menambah kegalauan tak beralasan.

Topik yang kemudian menjadi sangat menarik, diawali dengan malam berkabut dan penuh teriakan serta dendang lagu kemerdekaan. lalu Jarak-pun menjelma sebagai tajuk utama dari sebuah drama kehidupan, gunung tetap berdiri kokoh di antara carut marut dan bualan serta pujian untuk tuhan.

Tak terkecuali aku dan kita, terlepas dari cara dan bagaimana kita menyibukkan diri, hakikat tetap menjadi dasar yang akan sangat sulit untuk bisa berevolusi, dan sekali lagi keyakinan akan terjaganya perasaan adalah kekhawatiran kita pada rusa liar diantara padang ilalang. Ada banyak dalih yang tersiar, memompa untuk terus melambungkan kesenangan dan tidak jarang mengempiskan denyut kehangatan.

Terjalinnya komunikasi dua hati bukanlah tradisi, tapi hanya keajaiban yang tak tertandingi.

Cukup, cakap kita

Terbilang sukup susah untuk memulai sebuah percakapan, butuh sentilan awal yang mampu memberi persimpangan karena hanya itu yang bisa menjembatani dua kebuntuan hati. Bertumpu pada kerakusan sifat manusia, keangkuhan dan mudah terbodohinya oleh kerajaan hitam, adalah hal yang wajar jika kemudian keadaan ini menjadi milik mereka.

Aku tak begitu hafal dengan perilaku mereka, tapi jejak yang terendus mengibas setiap keinginan bersua pada keangkuhan. Tak picik menyadari datangnya penyesalan, tercambuk kilatan dusta, terbuai bualan tanpa pemanis merah muda, dan kini semakin tebal tembok berduri sebagai garis haluan dari setiap kebodohan yang bisa datang tak terduga.

Ini bukan soal kekuatan mempertahankan ego, tapi butuh penjelasan lebih untuk di mengerti.

Siang Sendu Berkisah Keangkuhan

Ini bukan kisah Sara Specx dan Pieter Cortenhoeff, jelas aku tak mau melihatnya tercambuk dan tentu saja tergantung adalah hal terburuk untuk mengawali keabadian.

Tak sedikitpun luka gores yang akan teriringi langkah para pelayat, karena kemuliaan selalu terjunjung tinggi diatas kegaduhan rayuan pada sang tuhan. Terbodohi oleh kepiawaian bermain kata dan bertingkah laku mesra bukanlah topik yang akan tersiar membahana di antara para pengunjung duka.

Tidak bermaksud untuk menjerat waktu, tapi aku telah terdikte oleh masa lampau yang kerap hadir dari sekian banyak keyakinan yang terus tertanam. sayangnya, dari setiap helai daun hijau selalu terparasit oleh kelalaian.

Menjelang hari yang melelahkan, semua sabda indahmu terbakar oleh terik yang teramat mencambuk lara setiap pesan. Dan kembali ku terdikte oleh masa lampau yang tak ayal selalu membuatku berkhayal tak berdasar. Percakapan menjadi satu-satunya penawar racun kerinduan, tapi tidak kali ini... karena tubuhku telah terbujur kaku.

Meski langkahmu berkisah kesenduan, tapi segenggam penawar yang kau hadirkan belum mampu mendinginkan bara api yang kau nyalakan. Semakin jelas, ketika gelap terlihat terang oleh sulutan api yang hadir dari kebisuan.

Menjelang hari yang melelahkan, semoga kita bisa belajar dari setiap heningnya malam yang terusik oleh pemangsa liar diantara rerumputan.

Kebiadaban Tanah Timur Paraogh

Jangan pernah menggali lebih dalam tanah timur paraogh, karena belukar berkeriput bisa meniadakan uniknya mimpi kita.

Melangkah dari asia, ada banyak keseragaman yang tak serupa...berubah. di atas gajah raksasa yang berkuasa, dahi ini mengernyit kaku seperti tiada henti ketika sekawanan ikan kecil beriring syahdu mengawal tuna rawa tawar, tak masuk akal??


Kini kita telah sampai ke tanah timur paraogh. Jangan berkata seronoh, bila tidak ingin menyumbangkan sepertiga lidah kita pada debu yang mendidih. Jangan sentuh batu berlubang, kecuali bila kita bosan dengan bisa ular tropis. Dan singa gurun siap menerkam jika kita berani membuka pintunya. Terdapat begitu banyak jebakan mematikan pada salahsatu mahakarya terbaik dunia. Begitu kotor bila kedekatan terjalin erat, namun rasa kagum akan hadir bila kejauhan tak berujung. Sayangnya, unta berbulu tebal telah membuat langkah kita jauh di atas tanah tandus yang mampu melepuhkan telapak kita dan terang saja, kenyamanan hadir diantara kesombongan terik yang mencekik.


Dari jalan tandus ini, fatamorgana adalah oase yang tertunda oleh kelelahan.


Keahlian kelihaian bermain kata, trik bernada sendu selalu keluar dari lidah pengecap cinta.