Semakin terpuruk, ketika larut menjadi hening karena pagi yang tak terisi. Selayaknya perang gerilya, sekutu tak berarti banyak. Keberanian untuk mengungkapkan menjadi perangkap bagi kerasnya keinginan yang terucapkan.
Hasrat yang teriringi keyakinan menjadi begitu saja lenyap. Adalah gambaran yang begitu sesuai bila ada siksaan yang lebih kejam dari samurai berkilau.
Begitu bodoh karena keanehan yang selalu di pertanyakan, karena keraguan bukan jawaban atau hanya sekedar pertanyaan. Belum berkurang rasa yang terkuras, karena tanah yang tandus tetap tertanami.
Dan benar saja, cambukan itu menjadi pelajaran.
Semoga ini bukan awal dari akhir yang tak tertera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar