bila sejenak adalah waktu, maka sekejap adalah beban tak terkira

Senin, 16 Agustus 2010

Siang Sendu Berkisah Keangkuhan

Ini bukan kisah Sara Specx dan Pieter Cortenhoeff, jelas aku tak mau melihatnya tercambuk dan tentu saja tergantung adalah hal terburuk untuk mengawali keabadian.

Tak sedikitpun luka gores yang akan teriringi langkah para pelayat, karena kemuliaan selalu terjunjung tinggi diatas kegaduhan rayuan pada sang tuhan. Terbodohi oleh kepiawaian bermain kata dan bertingkah laku mesra bukanlah topik yang akan tersiar membahana di antara para pengunjung duka.

Tidak bermaksud untuk menjerat waktu, tapi aku telah terdikte oleh masa lampau yang kerap hadir dari sekian banyak keyakinan yang terus tertanam. sayangnya, dari setiap helai daun hijau selalu terparasit oleh kelalaian.

Menjelang hari yang melelahkan, semua sabda indahmu terbakar oleh terik yang teramat mencambuk lara setiap pesan. Dan kembali ku terdikte oleh masa lampau yang tak ayal selalu membuatku berkhayal tak berdasar. Percakapan menjadi satu-satunya penawar racun kerinduan, tapi tidak kali ini... karena tubuhku telah terbujur kaku.

Meski langkahmu berkisah kesenduan, tapi segenggam penawar yang kau hadirkan belum mampu mendinginkan bara api yang kau nyalakan. Semakin jelas, ketika gelap terlihat terang oleh sulutan api yang hadir dari kebisuan.

Menjelang hari yang melelahkan, semoga kita bisa belajar dari setiap heningnya malam yang terusik oleh pemangsa liar diantara rerumputan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar